Sosok Hilman Latief: Kader Muda di PP Muhammadiyah 2022-2027
Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang berlangsung di Surakarta pada 18-20 November 2022 telah menghasilkan keputusan terkait 13 anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk periode 2022-2027.
Di antara nama-nama tersebut, terdapat empat orang baru, yaitu Prof. Syamsul Anwar, seorang ahli dalam manhaj tarjih Muhammadiyah; Prof. Irwan Akib, mantan rektor Universitas Muhammadiyah Makassar; Dr. Kiai Saad Ibrahim, seorang ulama dan organisatoris Muhammadiyah; serta Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D, yang merupakan pakar dalam filantropi Islam.
Hilman Latief terpilih sebagai anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah berdasarkan hasil e-voting yang berlangsung di Auditorium Universitas Muhammadiyah Surakarta pada 19 November. Ia meraih posisi kelima dengan jumlah suara sebanyak 1.675.
Hilman Latief merupakan kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan juga dikenal sebagai anak Persis yang berkomitmen untuk Muhammadiyah.
Hilman lahir di Tasikmalaya pada 25 September 1975. Ayahnya, Prof. Maman Abdurrahman, adalah tokoh penting di Persatuan Islam (Persis) yang menjabat sebagai Ketua Umum pada tahun 2009 dan 2010-2015.
Meskipun berasal dari latar belakang Persis, Hilman mendapatkan pendidikan di lembaga yang dikelola Muhammadiyah, yaitu Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam di Garut, Jawa Barat. Di pesantren ini, ia mengenal Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang mendorongnya untuk aktif dalam organisasi tersebut.
Selama di IPM, yang saat itu dikenal sebagai Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Hilman menjabat sebagai Ketua I Pimpinan Pusat IRM untuk periode 1998-2000. Pada masa kepemimpinannya, program Forum Taaruf dan Orientasi Siswa (Fortasi) untuk IPM dan sekolah-sekolah Muhammadiyah di seluruh Indonesia diluncurkan.
Hilman menempuh pendidikan S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Kemudian, ia melanjutkan ke program S2 di dua bidang, yaitu Kajian Lintas Agama dan Budaya di Universitas Gadjah Mada (UGM) serta di Western Michigan University, Amerika Serikat.
Setelah meraih gelar S2, ia melanjutkan pendidikan S3 di Utrecht University, Belanda, untuk memperoleh gelar Ph.D. Setelah itu, Hilman melakukan studi post-doctoral dan menjadi peneliti di KITLV di Leiden, Belanda, dalam proyek penelitian tentang kewarganegaraan.
Sejak 2005, Hilman fokus pada kajian filantropi Islam. Ia memahami konsep filantropi Islam serta filantropi dalam agama Kristen, Hindu, dan Buddha.
Berkat dedikasinya dalam kajian ini, Hilman dikenal sebagai akademisi filantropi dengan reputasi internasional. Ia telah memberikan lebih dari 30 workshop, konferensi, dan kuliah umum di berbagai negara.
Dalam bidang akademik, Hilman sangat produktif. Ia telah menerbitkan enam buku dalam bahasa Inggris dan sembilan buku dalam bahasa Indonesia. Sejak tahun 2000, ia terlibat dalam 11 penelitian dan telah mempublikasikan 15 jurnal di tingkat nasional dan internasional.
Produktivitasnya yang luar biasa di bidang penelitian dan publikasi menjadikannya seorang profesor di usia yang relatif muda. Prof. Hilman Latief menjadi Guru Besar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di bidang Studi Islam, khususnya dalam kajian filantropi Islam dan pembangunan, pada usia 45 tahun. Orasi ilmiahnya berjudul “Etika dan Semangat Filantropisme, Membaca Filantropi Sebagai Kritik Terhadap Pembangunan.”
Hilman juga merupakan anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Ketua Asosiasi Dosen Ekonomi Syariah (ADESY), dan anggota bidang Zakat dan Wakaf di Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI). Ia juga menjabat sebagai Ketua ADESY dan anggota DPP IAEI.
Pengalaman manajerial Hilman teruji saat ia menjabat sebagai Wakil Rektor UMY di bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan AIK. Melalui acara Alumni Award, ia berhasil menghimpun alumni UMY yang berprestasi di berbagai bidang. Hilman turut berperan dalam menjadikan UMY sebagai universitas swasta berakreditasi A.
Berkat keberhasilannya, pada tahun 2015, Hilman diundang oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menjabat sebagai Ketua Badan Pengurus Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU).
Di bawah kepemimpinannya, LAZISMU berkembang pesat menjadi lembaga yang profesional dan sesuai syariat. Pertumbuhan donasi, pengelolaan yang transparan, dan penyaluran dana kemanusiaan meningkat signifikan, baik di Indonesia maupun di tingkat internasional. LAZISMU bahkan meraih Baznas Award pada tahun 2018 dan 2020.
Karena keahliannya, Hilman kemudian terpilih sebagai Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Republik Indonesia pada Oktober 2021 setelah lolos dalam Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Madya Kementerian Agama yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo.
Publikasi Terkait:
-
Latief, Hilman (dengan Haedar Nashir). “Local Dynamics and Global Engagements of the Islamic Modernist Movement in Indonesia: The Case of Muhammadiyah.” Journal of Current Southeast Asian Affairs, No. 2 (2020).
-
Latief, Hilman. “Marketising Piety through Charitable Work: Islamic Charities and the Islamisation of Middle Class Families in Indonesia,” dalam Filippo Osella dan Daromir Rudnyckyj (eds.), Religion and the
-
Morality of Market (Cambridge: Cambridge University Press, 2017), hlm. 196-216.
-
Latief, Hilman (dengan R. Alpha Amirrachman). “Islamic Philanthropy and the Rights to Education: Modalities of Education Provision for Underprivileged Groups in Post-New Order Indonesia,” dalam Khun Eng
-
Kuah dan Jason Eng Thye Tan (eds.), Educating Marginalized Communities in East and Southeast Asia (London dan New York: Routledge, 2017), hlm. 37-52.
-
Latief, Hilman. “Addressing Unfortunate Wayfarer: Islamic Philanthropy and Indonesian Migrant Workers in Hong Kong,” The Austrian Journal of South-East Asian Studies, 10 (2) (2017), hlm. 237-255.
-
Latief, Hilman. “Philanthropy and ‘Muslim Citizenship’ in Post-Suharto Indonesia,” Southeast Asian Studies, Vol 5, No. 2 (Agustus 2016), hlm. 269-286.
Karya Buku:
Buku karya Hilman dalam bahasa Inggris:
- The Politics of Humanitarianism-based Welfare in Post Disaster Aceh.
- Marketising Piety through Charitable Work: Islamic Charities and the Islamisation of Middle Class Families in Indonesia.
- Islamic Philanthropy and the Rights to Education: Modalities of Education Provision for Underprivileged Groups in Post-New Order Indonesia.
- Rediscovering Peace: Religion, Culture and Politics in the Age of Crisis.
- Islam and Humanitarian Affairs: The Middle Class and New Patterns of Social Activism.
- Comparative Religion in Medieval Muslim Literature.
Buku karya Hilman dalam bahasa Indonesia:
- Melayani Umat: Filantropi Islam dan Ideologi Kesejahteraan Kaum Modernis.
- Politik Filantropi Islam di Indonesia: Negara, Pasar, dan Masyarakat Sipil.
- Islam dan Urusan Kemanusiaan: Konflik, Perdamaian dan Filantropi.
- Post-Puritanisme: Pemikiran dan Arah Baru Gerakan Islami Modernis di Indonesia 1995-2015.
- Kaum Muda Muslim Milenial: Hibridasi Kultural, Konservatisme, dan Tantangan Radikalisme.
- Fatwa-fatwa Filantropi Islam di Indonesia: Atonasi, Komparasi dan Kompilasi.
- Filantropi, Globalisasi dan Multikulturalisme.
- Sejarah Lokal Muhammadiyah.
- Genealogi Pemikiran dan Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia.
Hilman Latief bukan hanya seorang kader muda, tetapi juga seorang akademisi dan pemimpin yang memiliki visi besar untuk Muhammadiyah dan masyarakat. Dengan berbagai prestasi dan kontribusi yang telah diraihnya, Hilman menjadi teladan bagi generasi muda lainnya dalam mengabdi dan berkarya di bidang yang bermanfaat bagi umat. Dengan pengalamannya yang luas dan keahlian di bidang filantropi, Hilman diharapkan mampu membawa Muhammadiyah ke arah yang lebih baik dalam menghadapi tantangan zaman.
Informasi pada artikel ini dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id, yang tayang pada 30 November 2022.