Refleksi Makna Takwa Bersama Buya Syafii Maarif
Buya Syafii Maarif, seorang tokoh yang dikenal akan pemikiran-pemikiran reflektifnya, kerap menyinggung konsep “takwa” dalam berbagai tulisannya. Takwa, yang sering dibahasakan sebagai sikap menjaga diri dan memiliki kesadaran akan kehadiran Tuhan, adalah salah satu konsep sentral dalam Islam. Berakar dari kata w-q-y, takwa mengandung makna upaya untuk menjaga diri dari kerusakan moral dan murka Allah. Buya Syafii menekankan bahwa takwa adalah sebuah perjalanan spiritual tanpa henti yang membawa seseorang untuk senantiasa merasakan kehadiran Allah dalam hidupnya.
Takwa bukanlah sekadar rasa takut kepada Allah, melainkan juga rasa rindu yang mendalam kepada-Nya. Ketika seseorang menjadikan takwa sebagai landasan hidup, ia akan menjalani kehidupan spiritual yang berkesinambungan dan bermakna. Buya Syafii menyebutkan bahwa dalam perjalanan hidup, seorang mukmin yang tak memiliki kerinduan mendalam kepada Sang Pencipta bisa dianggap belum sepenuhnya memahami kualitas iman. Bagi Buya, ketika seseorang merasakan kehadiran Allah di mana pun ia berada, itulah takwa dalam makna yang sesungguhnya.
Dalam konteks sosial, takwa pun mencakup keadilan untuk semua. Sebagaimana yang disampaikan dalam Al Quran, sikap adil adalah bagian dari nilai takwa itu sendiri. Menurut Buya, berlaku adil terhadap orang yang kita benci merupakan tantangan yang tidak mudah. Namun, inilah ujian agar manusia menundukkan ego mereka dan mengutamakan perintah Allah. Buya meyakini bahwa keadilan adalah tuntutan bagi setiap manusia, tanpa memandang agamanya, yang pada dasarnya merupakan cerminan dari prinsip tauhid.
Indikator Takwa Menurut Al Quran
Buya mengutip QS. Ali Imran ayat 133-136 sebagai pedoman tentang perjalanan menuju takwa, yaitu:
-
Berinfaq di kala lapang maupun sempit – Sebuah panggilan untuk berbagi yang tidak terbatas pada keadaan finansial.
-
Menahan amarah dan memaafkan orang lain – Kualitas ini mencerminkan ketulusan hati untuk mengontrol emosi.
-
Mencintai orang-orang yang berbuat baik – Merupakan langkah mendekatkan diri kepada perbuatan mulia.
-
Memohon ampunan atas dosa-dosa – Kesadaran akan keterbatasan diri di hadapan Allah merupakan bentuk kejujuran spiritual.
Buya mengajak pembaca untuk merefleksikan perjalanan takwa mereka masing-masing. Sebuah perjalanan yang membutuhkan kedalaman spiritual dan kejujuran diri. Perjuangan ini mungkin berat, namun dengan terus merangkai kerinduan kepada Allah, perjalanan ini akan membuahkan kedekatan spiritual yang hakiki.
Informasi pada artikel ini dikutip langsung dari laman Muhammadiyah.or.id, yang tayang 27 Mei 2022.